Rabu, 13 Mei 2009

Koalisi ?

Kata-kata ini hangat dibicarakan akhir-akhir ini, akrab ditelinga kita baik dari televisi atau radio yang menemani perjalanan kita pagi hari menyusuri tol, khususnya pasca Pemilu 2009 April kemarin.
Koalisi secara harfiah berarti bergabung atau bersatu, jadi suatu koalisi dilakukan untuk menggabungkan atau menyatukan beberapa kelompok atau partai untuk mencapai sesuatu. Kita melihat ada 2 koalisi besar yang dibangun partai politik sekarang, ada koalisi yang dimotori Partai Demokrat serta Koalisi Besar yang dimotori PDIP dan Golkar yang perkembangannya dari hari kehari semakin sulit ditebak.
Sebenarnya sah-sah saja kalau partai-partai tersebut berkoalisi, dengan siapa saja dan partai apa. Tapi harusnya dilandasi dengan keinginan untuk menyamakan platform untuk memajukan bangsa. Bukan lantaran bagi-bagi kekuasaan setelah berkuasa, dan sepertinya alasan inilah yang membuat tarik ulur koalisi sekarang menjadi sangat heboh dan bersaing dengan berita skandal Antasari di berbagai media. Apalagi berita terbarunya, PDIP - yang notabene merupakan musuh besar SBY- mungkin akan berkoalisi dengan PD. Setelah itu SBY akan menggandeng Budiono sebagai cawapres yang disinyalir adalah titipan PDIP melalui bargaining di ruang yang sangat tertutup. Kemudian 4 partai menengah yang masuk 10 besar pemilu lalu gusar lantaran hal ini, mereka mengancam SBY untuk membatalkan langkah ini, kalau tidak mereka ramai-ramai akan hengkang dari koalisi ini.
Tontonan ini sebenarnya sangat tidak layak ditunjukkan di depan masyarakat yang sudah sangat hopeless dengan elit politik sekarang ini. Pernahkah mereka diberitahu dengan siapa mereka akan berkoalisi dan bergabung saat kampanye pemilu..? Pernahkah keinginan voters yang telah memilih partai mereka ditanyakan ingin berkoalisi dengan siapa ?
Jadi, kesimpulannya koalisi yang dilakukan sekarang adalah murni koalisi elit atau pimpinan partai dengan segala kepentingan dan keuntungannya, bukan koalisi yang murni dilandasi dengan keinginan untuk memajukan bangsa ini dan rakyatnya.. menyedihkan memang..
Pernahkah mereka menyadari bahwa koalisi paling besar sudah dilakukan saat hampir 60 juta pemilih tidak menggunakan hak pilihnya di Pemilu yang lalu.
Mungkin benar, ada orang yang berseloroh kalau pemenang pemilu kali ini adalah Golput..Entahlah..
Atau kita tidak akan pernah belajar dari kesalahan masa lalu...?

Wassalam