Jumat, 06 Maret 2009

Pemilu

Wakil Rakyat, Karir atau Tanggung Jawab ?

Pemilihan umum telah memanggil kita
seluruh rakyat menyambut gembira
di bawah undang-undang empat lima
kita menuju ke pemilihan umum

Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya
dst..dst

Saya masih ingat waktu saya masih kecil, lagu tersebut selalu berkumandang di TVRI setiap menjelang Pemilu. Anak-anak SD diminta menghafal lagu tersebut. Gegap gempita rakyat mengikuti kampanye, ribuan kaos dan nasi bungkus dibagikan disela-sela acara dangdutan dan pawai kendaraaan. Janji-janji semu diucapkan dengan penuh semangat di depan ribuan warga. Waktu itu pemenang Pemilu sudah bisa ditebak sebelum pemilu dilaksanakan. Orang yang akan duduk mewakili rakyat juga orang itu-itu saja. Caleg tidak perlu mengkampanyekan diri, cukup partai saja. Tidak ada baliho raksasa yang menampilkan foto caleg di pinggir jalan layaknya reklame produk rokok dan pemutih badan.

Tapi sekarang kondisinya berbeda, selain Mars Pemilu sudah diganti, sistem pelaksanaan Pemilu juga berubah. Partai baru muncul bak cendawan di musim hujan, Calon Legislatif yang akan dipilih juga bertebaran dari berbagai latar belakang. Ada aktivis, pengacara, pengusaha, petani, mantan preman, ulama, pengangguran serta keponakan politikus dan anak pejabat. Merekapun berlomba untuk mengiklankan diri agar namanya dicontreng dalam Pemilu 9 April nanti.

Papan Reklame, Spanduk, Baliho menampilkan foto caleg dengan pakaian rapinya. Tapi gayanya seperti itu-itu saja, gak ada yang tampil beda, kalau caleg laki-laki dengan jas hitam licin, muka klimis dan memakai peci hitam dengan sedikit senyuman tersungging di bibir. kalo yang perempuan pake kebaya dan sanggul serta make up yang cantik. Mereka berlomba-lomba tampil maksimal di iklan yang mereka bayar sangat mahal.

Sebenarnya bukan itu yang bisa menarik para voters untuk memilih mereka pada perhelatan nanti, tapi seberapa dalam mereka dikenal masyarakat luas, membumi dan layak dipercaya untuk mewakili aspirasi mereka. Latar belakang dan sepak terjang mereka selama ini juga akan menjadi pertimbangan untuk memilih wakil mereka. Kesalahan menjatuhkan pilihan akan menghasilkan produk politisi busuk dan memperpanjang daftar kebusukan wakil rakyat di negeri ini.

Rakyat harus jeli dalam memilih wakil mereka, karena di tangan merekalah suara dan aspirasi rakyat digantungkan. Namun, sangat menyedihkan kalo kita lihat fenomena wakil rakyat ini, baik di tingkat daerah maupun nasional, begitu banyak kebusukan yang terungkap dan tidak sebanding dengan prestasi yang mereka torehkan untuk kemajuan bangsa ini. Wakil rakyat cuma menjadi karir yang diidam-idamkan, bukan pada pengabdian dan tanggung jawab yang mesti mereka emban selam lima tahun. Begitu mereka terpilih, rumah besar, mobil mewah dan uang yang berlimpah sudah terbayang di depan mata sekaligus mengembalikan biaya yang besar yang sudah mereka keluarkan selam proses pencalonan. Tunjangan dan gaji yang besar serta " saweran" yang akan mereka peroleh lebih menyilaukan ketimbang program kerja apa yang akan mereka jalankan selama duduk di kursi itu.

Akhirnya rakyat tidak punya pilihan, memilih atau tidak, nasib mereka tidak akan berubah. Karena janji hanya diucapkan ketika mereka membutuhkan dukungan, setelah itu " forget it ".
Kita hanya berharap pada fungsi pengawasan lembaga-lembaga seperti KPK, Kepolisian, Kejaksaan, LSM dan semua lapisan masyarakat unutk mengawasi kinerja dan sepak terjang mereka. Pengawasan yang ketat akan membatasi tindakan-tindakan busuk mereka.

Kampanye " Jangan Pilih Politisi Busuk " rasanya tepat didengungkan sebelum perhelatan Pemilu April nanti dilaksanakan. Semoga yang kita cita-citakan bersama adalah juga cita-cita dan keinginan wakil rakyat kita yang mulia.

Tidak ada komentar: